Exabytes beginner

Tuesday, September 9, 2014

Ardul Jannatain (Kebun yang terbakar)

Saya ingin berkongsi sedikit mengenai satu kisah yang di nukilkan Allah dalam surah Al-Qalam ayat 17 hingga 33. Kisah Ardul Jannatain yang terletak di  Sana'a Yaman. Kisah ini berlaku selepas Nabi Isa AS diangkat ke langit dan sebelum kedatangan junjungan besar Rasulullah SAW.

Kisah mengenai seorang hartawan yang sewaktu hidupnya menyedekahkah hasil kebunnya kepada orang miskin. Kebun anggur dan tamarnya sangat subur dan buahnya pula dari benih yang terbaik. Setiap kali tiba musim  buah buahan masak, hartawan ini akan menyuruh orang - orang miskin masuk ke kebun dan mengutip hasil tanamannya pada waktu pagi. Hanya setelah itu hasil tanaman yang tinggal akan dituai dan di jual oleh hartawan tersebut.

Setelah beliau meninggal, kebunnya diwarisi oleh anak-anaknya.Anak -anaknya berpakat untuk tidak memberikan hasil kebunnya kepada fakir miskin. Mereka bangun pada awal pagi dan mengutip semua hasil tanaman sebelum orang miskin masuk ke kebun mereka hingga apabila fakir miskin masuk tiada apa lagi yang tertinggal.  Setelah melakukan pada hari pertama mereka merancang untuk mengulanginya lagi pada hari kedua.

ketika mereka sampai ke kebun pada hari kedua untuk menjalankan niat jahat mereka, mereka mendapati seluruh kebun telah terbakar dan tiada apa lagi yang tinggal hingga menjadi seperti padang jarak padang tekukur. Mereka kebingungan berkatalah salah seorang dari mereka. "Mungkin kita telah tersesat jalan". Seorang yang lain pula menjawab, "Tidak, benarlah ini kebun kita dan sesungguhnya Allah telah membalas perbuatan kita , Kitalah orang yang melampaui batas". Lalu mereka bertaubat kepada Allah. Allah tinggalkan kebun itu dengan keadaan asalnya selepas terbakar hingga hari ini sebagai ibrah untuk kita semua. Tiada tumbuhan atau pembangunan boleh dilakukan di tanah itu hingga kini.

Surah Al-Qalam
Ayat 17.
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
Sesungguhnya Kami telah timpakan mereka dengan bala bencana, sebagaimana Kami timpakan tuan-tuan punya kebun (dari kaum yang telah lalu), ketika orang-orang itu bersumpah (bahawa) mereka akan memetik buah-buah kebun itu pada esok pagi; -

Ayat 18.
وَلَا يَسْتَثْنُونَ
Serta mereka tidak menyebut pengecualian.

Ayat 19:
فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ
Maka kebun itu didatangi serta diliputi oleh bala bencana dari Tuhanmu (pada malam hari), sedang mereka semua tidur.

Ayat 20:
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ

Lalu menjadilah ia sebagai kebun yang telah binasa semua buahnya.

Ayat 21:
فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ
Kemudian pada pagi-pagi, mereka panggil memanggil antara satu dengan yang lain -

Ayat 22:
أَنِ اغْدُوا عَلَىٰ حَرْثِكُمْ إِن كُنتُمْ صَارِمِينَ
(Setengahnya berkata): "Pergilah pada pagi-pagi ke kebun kamu, kalau betul kamu mahu memetik buahnya".

Ayat 23:
فَانطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ
Lalu berjalanlah mereka sambil berbisik (katanya):

Ayat 24:
أَن لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُم مِّسْكِينٌ
"Pada hari ini, janganlah hendaknya seorang miskin pun masuk ke kebun itu mendapatkan kamu".

Ayat 25:
وَغَدَوْا عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ
Dan pergilah mereka pada pagi-pagi itu, dengan kepercayaan, (bahawa) mereka berkuasa menghampakan fakir miskin dari hasil kebun itu.

Ayat 26:
فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ
Sebaik-baik sahaja mereka melihat kebunnya, mereka berkata: "Sebenarnya kita sesat jalan, (ini bukanlah kebun kita)".

Ayat 27:
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
(Setelah mereka perhati dengan teliti, mereka berkata: "Tidak! Kita tidak sesat), bahkan kita orang-orang yang dihampakan (dari hasil kebun kita, dengan sebab ingatan buruk kita sendiri)".

Ayat 28:
قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ
Berkatalah orang yang bersikap adil di antara mereka: "Bukankah aku telah katakan kepada kamu (semasa kamu hendak menghampakan orang-orang fakir miskin dari habuannya): amatlah elok kiranya kamu mengingati Allah (serta membatalkan rancangan kamu yang jahat itu) ?"

Ayat 29:
قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ
Mereka berkata (dengan sesalnya): "Maha Suci Tuhan Kami! Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berlaku zalim!"

Ayat 30:
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ
Kemudian setengahnya mengadap yang lain, sambil cela-mencela.
(Melayu)

Ayat 31:
قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ
Mereka berkata: "Aduhai celakanya kita! Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang melampaui batas.

Ayat 32:
عَسَىٰ رَبُّنَا أَن يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا رَاغِبُونَ
"Semoga Tuhan kita, (dengan sebab kita bertaubat) menggantikan bagi kita yang lebih baik daripada (kebun yang telah binasa) itu; sesungguhnya, kepada Tuhan kita sahajalah kita berharap".

Ayat 33:
كَذَٰلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Demikianlah azab seksa (yang telah ditimpakan kepada golongan yang ingkar di dunia), dan sesungguhnya azab hari akhirat lebih besar lagi; kalaulah mereka orang-orang yang berpengetahuan (tentulah mereka beringat-ingat).

No comments:

Post a Comment